LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
HIDROKARBON
NAMA :
DALIFA HAMRA
NIM :
H31113029
GOL/KLP : H5/II
HARI/TANGGAL : JUMAT/21 MARET 2014
ASISTEN :
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Senyawa organik yang paling sederhana terbentuk dari
dua unsur yaitu karbon dan hidrogen. Ada
tiga kelompok utama dari senyawa hidrokarbon yaitu: hidrokarbon jenuh (saturated), hidrokarbon tak jenuh (unsaturated), dan hidrokarbon
aromatik. Pembagian ini berdasarkan atas
jenis ikatan antara karbon-karbon. Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan
tunggal karbon-karbon, hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan karbon-karbon
ganda, sedangkan hidrokarbin aromatik adalah kelompok senyawa siklik tak jenuh
namun sifatnya berbeda dengan
alkena. Sifat dari kelompok senyawa ini
secara umum dicirikan oleh benzena (Tim Dosen Kimia Organik Unhas, 2013).
Alkana yang paling sederhana adalah metana CH4 yang merupakan hasil alami penguraian
bakteri anaerob dari tanaman-tanaman
dalam air. Dan hidrokarbon tak jenuh
adalah alkena dan alkuna. Senyawa alkena
juga dikenal sebagai parafin yang berasal dari kata latin parum afinls yang
berarti afinitasnya kecil. Jadi parafin
berarti suatu senyawa yang afinitasnya kecil.
Dan parafin pula termasuk suatu senyawa yang sukar bereaksi atau senyawa
yang stabil (Tim Dosen
Kimia Organik Unhas, 2013).
Senyawa senyawa
hidrokarbon ini meskipun hanya tersusun atas 2 elemen dasar yaitu hidrogen dan
karbon namun memiliki banyak anggota senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus ikatan tertentu. Setiap kelompok
senyawa senyawa ini memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang menarik
untuk dipelajari. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan
percobaan ini yaitu hirokarbon.
1.2 Maksud
dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan
Membedakan hidrokarbon jenuh, tidak
jenuh dan senyawa aromatik.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan
dari percobaan kesetimbangan asam basa adalah:
a. Untuk
mengetahui kelarutan senyawa-senyawa hidrokarbon didalam pelarut polar ataupun
non polar.
b. Untuk
mengetahu reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon yang terjadi pada
pereaksi-pereaksi KMnO4 0,1
M atau Br2 / CCl4 5 %
1.3 Prinsip
Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini mereaksikan antara beberapa senyawa
hidrokarbon yang bersifat nonpolar dengan pelarut polar (air) dan pelarut
nonpolar (dietil eter), serta mengamati ada
atau tidak adanya reaksi yang terjadi antara senyawa hidrokarbon
oksidator KMnO4 0,1 M dan Br/CCl4 5%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benzena,
juga dikenal dengan nama C6H6 adalah senyawa kimia
organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai
bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu
komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri.
Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin,
karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam
minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam
minyak bumi (Tim Dosen Kimia Organik
Unhas, 2013).
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur
atom karbon
(C) dan atom hidrogen
(H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang
berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai
pengertian dari hidrokarbon alifatik. Sebagai contoh, metana
(gas rawa) adalah hidrokarbon
dengan satu atom karbon dan empat atom hydrogen yaitu CH4. Etana
adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom
karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom
karbon C2H6. Propana
memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2)
(Fessenden dan Fessenden, 1982).
Alkana biasa disebut dengan
senyawa hidrokarbon jenuh. Disebut hidrokarbon karena di dalamnya hanya
terkandung atom karbon dan hidrogen. Disebut jenuh karena hanya memiliki ikatan
tunggal C-H dan C-C saja. Alkana
memiliki rumus umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan
asli yang menyatakan jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai
senyawa alifatik (Yunani =
aleiphas yang berarti lemak). Hal
ini dikarenakan lemak-lemak hewani mengandung karbon rantai panjang yang mirip
dengan alkana (Fessenden
dan Fessenden, 1982).
Alkana dengan satu formula
dapat membentuk beberapa struktur molekul. Misalnya alkana dengan empat atom
karbon dapat membentuk normal butana dan isobutana, keduanya sama-sama memiliki
rumus molekul C4H10. Hal yang sama juga terjadi untuk C5H12,
dan seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah dan macam atom sama tetapi
berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer. Isomer berasal dari bahasa
Yunani isos + meros yang berarti terbuat dari
bagian yang sama. Senyawa seperti butana dan isobutana hanya berbeda pada
urutan atom yang terikat satu sama lainnya, disebut isomer konstitusional. Alkana
rantai lurus mengandung senyawa atom yang dibangun dengan cara serupa etana. Tidak perlu kita terpaku pada titik struktur
elektron untuk setiap rantai. Tulis saja
lambang karbon senyawa yang diperlukan untuk mendapatkan panjang rantai,
kemudian isilah dengan hidrogen dan garis-garis yang menggambarkan ikatan
kovalen. Ingat bahwa setiap hidrogen untuk empat ikatan kovalen (Fessenden
dan Fessenden, 1982).
Alkana kadang kala diacu
untuk parafin (Latin prum affinis) yang berarti memiliki afinitas
rendah. Hal ini sesuai dengan sifat alkana, yaitu memiliki afinitas yang rendah
terhadap senyawa lain, dan relative inert.
Meskipun demikian, alkana dapat bereaksi dengan senyawa lain dalam kondisi yang
sesuai. Alkana bereaksi dengan oksigen selama proses pembakaran, produknya
adalah karbondioksida dan air serta membebaskan sejumlah energi dalam bentuk
panas. Contohnya metana (gas alam) bereaksi dengan oksigen menurut reaksi (Fessenden dan
Fessenden, 1982):
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O +
890 kJ/mol
Gambar 3.1 Reaksi pembakaran metana.
Alkena merupakan senyawa
hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap karbon-karbon. Alkena terdapat dalam
jumlah berlebih di alam. Etilena, sebagai contohnya, adalah hormon tanaman yang
memacu pematangan buah, dan α-pinen adalah senyawa terbanyak dalam
turpentin. Contoh lainnya adalah beta
karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua, merupakan pigmen warna kuning
yang mewarnai wortel. Beta karoten merupakan pro vitamin A (Fessenden
dan Fessenden, 1982).
Sebagaimana alkana, alkena yang memiliki percabangan akan mengalami
penurunan sedikit titik didih. Meskipun alkena adalah non polar sedikit lebih
larut dalam air dibandingkan alkana pasangannya. Keadaan ini dimungkinkan karena
elektron dan alkena yang agak terbuka itu tertarik oleh
hidrogen dari air yang bermuatan positif parsial. Alkena dengan empat atom
karbon atau kurang, berwujud gas dan tidak berwarna, sedangan senyawa yang
memiliki lima atom karbon atau homolog yang lebih tinggi merupakan cairan yang
mudah menguap (Tim dosen Kimia Organik Unhas, 2013).
Sifat dari alkena
hampir sama dengan sifat alkana. Perbedaannya dengan alkana karena adanya
ikatan π yang kurang stabil menyebabkan alkena dengan jumlah atom karbon yang
sama dengan alkana baik titik didih maupun titik leburnya lebih kecil dari
alkana (Fessenden
dan Fessenden, 1982).
Hidrokarbon jenuh
terdiri atas dua kelompok utama yaitu
alkana dan sikloalkana. Rumus umum senyawa alkana adalah CnH dimana n
menyatakan jumlah atom karbon. Alkana yang paling sederhana adalah metana
dengan formula CH4. Metana ini mempunyi sifat tidak berwarna dan
tidak berbau, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam alkohol. Titik
didih dan titik leburnya rendah, dibawah 0 oC.Sifat kimia senyawa
ini adalah amat stabil, tidak dapat bereaksi
dengan asam, basa dan pereaksi pereaksi yang umum terdapat di
laboratorium (Fessenden dan
Fessenden, 1982).
Alkana merupakan hirokarbon alifatik yang masing
masing atom karbonnya terikat pada empat atom lain. Alkana dikenal juga sebagai
parafin atau hidrokarbon jenuh, selain itu dikenal juga senyawa sikloalkana.
Sikloalkana ini digunakan untuk melukiskan hidrokarbon alisiklik jenuh. Alkana
monosiklik mempunyai rumus empirik CnH2n, Reaksi reaksi
yang terjadi pada senyawa alkana adalah (Mushoddaq dan sentosa, 2012):
1.
Oksidasi. Reaksi oksidsi sempurna dari alkana
adalah gas karbondioksida dan sejunlah air dan sejumlah energi.
- Reaksi subsitusi yaitu reaksi penggantian suatu unsur oleh unsur lain yang terikat pada senyawa alkana.
- Reaksi sulfonasi yaitu reaksi yang melibatkan asam sulfat, dimana daapt berlangsung jika alkana tersebut memiliki atom karbon tertier.
4.
Reaksi nitrasi yaitu reaksi yang melibatkan
senyawa nitrat dimnaa reaksi ini dapat
berjalan dengan mudah jika terdapat karbon tertier.
5.
Reaksi pirolisis atau cracking dalah proses
pemecahan alkana dengan jalan pemanasan pada temperatur tinggi sekitar 1000oC
tanpa oksigen akan dihasilkan alkana dengan rantai karbon lebih pendek.
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon. Kedua kelompok senyawa ini disebut
hidrokarbon tidak jenuh karena memiliki atom hidrogen per-karbon lebih sedikit
dibanding dengan alkana. Alkena yang
memiliki percabangan akan mengalami penurunan sedikit titik didih (Marsuali, 2004).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
n-heksana, sikloheksana, benzena, etil asetoasetat, toluen, KMnO4 0,1 M, Br2/ CCl4 5
%, dietil eter dan parafin.
3.2 Alat
Alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, lampu
spritus, kaki tiga, kasa, dan gelas piala.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Kelarutan hidrokarbon dalam
air dan dietil eter.
Menyiapkan 2 buah tabung
reaksi yang bersih dan kering, kemudian mengisi tabung reaksi (1) dengan 0,5 ml
air, dan mengisi tabung reaksi (2) dengan 0,5 ml dietil eter, setelah itu menambahkan
setetes demi setetes n-heksana (± 10 tetes) kedalam tabung reaksi
(1) dan (2) lalu mengocok dan memperhatikan kelarutannya kemudian mencatat
hasilnya, kemudian mengerjakan seperti 1 s/d 4 dengan menggunakan hidrokarbon
yang lain.
3.3.2 Mereaksikan hidrokarbon dengan KMnO4
0,1 M dan Br2/ CCl4 5 %.
Menyiapkan 5 buah tabung
reaksi yang bersih dan kering, kemudian mengisi masing-masing tabung reaksi
dengan 1 ml n-heksana, sikloheksana, benzen, toluen, parafin, dan etil asetoasetat
(sebagai pembanding), setelah itu menambahkan 1 tetes KMnO4 0,1 M,
kemudian mengocok larutan dan bila perlu panaskan lalu mengamati dan mencatat
perubahan yang terjadi, kemudian mengulangi percobaan di atas dan mengganti
KMnO4 0,1 M dengan 1-2 tetes Br2/ CCl4 5%.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
A. Kelarutan
Senyawa Organik
Senyawa Hidrokarbon
|
Kelarutan (air)
|
Kelarutan (dietil eter)
|
Keterangan
|
n- heksana
|
-
|
√
|
Terbentuk 2 fasa, air bagian bawah dan n-heksana d
bagian atas
|
Sikloheksena
|
-
|
√
|
Terbentuk 2 fasa, air bagian bawah dan Siklohesena d
bagian atas
|
Benzena
|
-
|
√
|
Terbentuk 2 fasa, air bagian bawah benzena d bagian
atas
|
Toluen
|
-
|
√
|
Terbentuk 2 fasa, air bagian bawah dan Toluen d bagian
atas
|
Parafin
|
-
|
√
|
Terbentuk 2 fasa, air bagian bawah dan Parafin di
bagian atas
|
Keterangan : (√)= Larut
(-) = Tidak larut
B. Reaksi Senyawa Organik
Senyawa Organik
|
Perubahan yang terjadi
|
Keterangan
|
|
KMnO4 0,1
M
|
Br2/ CCl4 5 %
|
||
n- heksana
|
Larutan berwarna ungu
|
Larutan berwarna merah coklat
|
Tidak bereaksi
|
Sikloheksana
|
Larutan berwarna ungu
|
Larutan berwarna
merah coklat
|
Tidak bereaksi
|
Benzena
|
Larutan berwarna ungu
|
Larutan berwarna merah coklat
|
Tidak bereaksi
|
Toluen
|
Larutan berwarna ungu
|
Merah coklat berubah warna menjadi tidak berwarna
|
Tidak bereaksi dengan KMnO4 dan bereaksi
dengan Br2/ CCl4
|
Parafin
|
Larutan berwarna ungu
|
Merah coklat berubah warna menjadi tidak berwarna
|
Tidak bereaksi dengan KMnO4 dan bereaksi
dengan Br2/ CCl4
|
Etil asetoasetat
|
terbentuk endapan coklat
|
Merah coklat berubah warna menjadi tidak berwarna
|
Bereaksi
|
4.2.
Reaksi
1.
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 - CH2 – CH3 + KMnO4
2.
3.
4.
O O
׀׀ ׀׀
5. CH3 –
C – CH2 – C – OC2H5 + KmnO4
7. CH3 – CH2 – CH2 – CH2 –
CH2 – CH3 + Br2 CH3 – CH2
– CH2 – CH2 –
CH2 – CH3 -- Br + HBr
8.
9.
. O O O O
׀׀ ׀׀ ׀׀ ׀׀
11. CH3 – C – CH2 – C – OC2H5 + Br2 CH3 – C –
CH2 – C – OBr + C2H5Br
4.3 Pembahasan
Dari percobaan ini diketahui bahwa
hidrokarbon n-heksana tidak dapat larut dalam air dan dapat larut dalam dietil
eter dengan warna hijau.
Sikloheksana
tidak dapat larut dalam air dan dietil eter tapi terjadi dua fasa, benzena tidak dapat
larut dalam air dan dapat larut dalam dietil eter dengan warna bening, toluen tidak dapat larut dalam air
dan dapat larut dalam dietil eter dengan warna kehijauan; parafin tidak dapat
larut dalam air dan sangat cepat larut dietil eter dengan warna bening, etil asetoasetat tidak dapat larut
dalam air dan cepat larut dalam dietil eter, propilen tidak dapat larut dalam
air dan dietil eter dan n-pentana tidak dapat larut dalam air dan cepat larut
dalam dietil eter. Hidrokarbon tidak dapat larut dalam air disebabkan oleh
sifatnya kurang reaktif dan tidak dapat larut dalam larutan nonpolar.
Perubahan yang terjadi pada zat
n-heksana tidak dapat bereaksi dengan
KMnO4 0,1 M dan
tidak bereaksi dengan Br2/CCl4 5%; sikloheksana tidak
bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan tidak bereaksi dengan Br2/CCl4
5%; benzena tidak bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan tidak bereaksi dengan Br2/CCl4
5%; toluen tidak bereaksi dengan KMnO4 0,1 M dan berekasi dengan Br2/CCl4
5% lartan berubah menjadi tidak berwarna hal ini dapat terjadi karena
sifat dari toluene itu sendiri dapat berekasi dengan beberapa pereaksi seperti
halogen (reaksi dengan halogen membutuhkan katalisator), sehingga pada reaksi
dapat membentuk orto para karean Br merupakan pengarah orto para; parafin tidak
dapat larut dalam KMnO4 0,1 M dan bereaksi dengan Br2/CCl4
5% hal ini kasusnya sama dengan toluen; etil asetoasetat bereaksi dengan
KMnO4 0,1 M karena
teroksidasi membentuk endapan coklat dan sangat cepat bereaksi karena teradisi
dalam Br2/CCl4 5% dengan berubahnya warna larutan menjadi
tidak berwarna; n-pentana tidak bereaksi dengan KMnO4 0,1 M karena teroksidasi dengan
perubahan warna ungu pekat dan tidak
bereaksi dengan Br2/CCl4 5%. Pada hidrokarbon jenuh (alkana dan sikloalkana) tidak
reaktif dan tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, oksidator, atau
reduktor. Disebabkan oleh sifatnya kurang reaktif, maka kadang-kadang alkana
disebut parafin. Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bereaksi secara
spontan dengan halogen seperti brom dan juga dapat dioksidasi oleh suatu
oksidator seperti KMnO4 . Hidrokarbon aromatik sifat kimianya
menyerupai benzena, bersifat non polar, tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut nonpolar seperti dietil eter, karbon tetraklorida, atau
n-heksana.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu, senyawa
hidrokarbon yaitu senyawa yang tidak larut dalam air karena air bersifat polar,
namun dapat larut dalam dietileter karena merupakan pelarut nonpolar. Senyawa
hidrokarbon yang tidak larut dalam air, tetapi larut pada pelarut dietileter
yaitu n-heksana, sikloheksana, benzena, toluena, dan parafin karena
senyawa-senyawa ini merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat nonpolar. Senyawa alkana, benzena, dan toluena tidak
dapat bereaksi dengan KMnO4 dan Br2/CCl4, sedangkan
senyawa alkena dapat bereaksi dengan KMnO4 dan Br2/CCl4.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Saran
untuk laboratorium adalah sebaiknya petugas laboratorium menyiapkan terlebih
dahulu alat dan bahan yang digunakan sehingga praktikum dapat berjalan lancar.
5.2.2 Saran Untuk asisten
Saran
untuk asisten adalah asisten sudah mengarahkan praktikan dengan baik dan semoga
asisten dapat mempertahankan kinerjanya sebagai pembimbing yang baik.AED DDADDDD
DAFTAR PUSTAKA
Fassenden, R.J.,
dan Fassenden, J.S., 1997, Dasar-Dasar
Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Marsaoli, M., 2004, Kandungan Bahan
Organik, n-Alkana, Aromatik, dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan
Raha Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Makara
Sains 8 (3), Universitas
Khairun, Ternate Indonesia.
Mudhoddaq, M., dan Sentosa, B., 2012,
Deteksi Lapisan Hidrokarbon dengan Metode Inversi Impedansi Akustik dan EMD (Emperical Mode Decompostion) Pada
Formasi Air Benakat Lapangan “X”, ITS, Surabaya.
Syukri, S., 1888, Kimia Dasar Tiga, ITB,
Bandung.
Tim
Penyusun, 2013, Kimia Organik, Unhas,
Makassar.
BAGAN
KERJA
1.
Kelarutan Senyawa Hidrokarbon
Ø Dipipet 0,5 mL.
Ø Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi berbeda.
Ø Ditambahkan 10 tetes n-heksana
Ø Dikocok, perhatikan kelarutannya
Ø Dicatat perubahan yang terjadi.
Ø
|
2. Reaksi
Senyawa Hidrokarbon
Ø Ditambahkan satu tetes larutan KMnO4 0,1 M
Ø Dikocok bila perlu dipanaskan lalu amati perubahan yang
terjadi
Ø Diulangi percobaan dengan mengganti KMnO4 0,1 M
dengan 1-2 tetes larutan Br2/CCl4.
Ø
|